Pembukaan dan penutupan Sea Games ke-26 merupakan sebuah acara yang direncanakan dengan rapi, dan dilaksanakan dengan sungguh luar biasa. Sebuah pagelaran akbar yang mempertunjukan budaya dan ciri khas kesenian bangsa kita, yang dikemas secara modern dan disajikan dengan spektakuler. Koreagrafi, kostum, latar belakang, alur cerita, seluruh detil acara ini membuktikan bahwa seni budaya Indonesia bila dikemas dengan semangat nasionalisme dan sentuhan moderenisasi kreatif, dapat disajikan dengan begitu indahnya. Indonesia memiliki kekayaan seni dan budaya yang kita sendiri belum bisa menginventarisir dan memetakan dengan baik dan tepat. Kita belum benar-benar tahu dan mengenal seni budaya kita sendiri. Media kita dibanjiri dengan gerak tari, kostum, gaya rambut, dari kebudayaan lain. Kita tidak mau tahu gerak tarian khas Indonesia, kostum dan tata cara berpakaian ketimuran yang sopan dan tetap menarik. Kita tidak bisa menghargai kekayaan budaya kita sendiri. Tidak perlu heran kalau ada bangsa lain yang mengaku-aku kebudayaan kita sebagai budayanya.
Kebudayaan nasional Indonesia adalah pilar penting konsep nasionalisme dan jati diri bangsa kita. Kebudayaan terbentuk melalui proses panjang sejarah peradaban bangsa ini. Kesenian tradisional, kerajinan tangan, kesusasteraan, kuliner, dan lain sebagainya merupakan suatu yang tumbuh seiring dengan terbentuknya peradaban Indonesia. Kalau bangsa ini tidak menghargai seni budayanya sendiri, kita akan menjadi bangsa peniru dan penjiplak. Bukan berarti kita harus anti budaya asing. Tetapi budaya asing yang masuk tidak boleh sampai menghilangkan budaya tradisional kita. Bukan pula berarti kita dipaksa harus menonton acara yang sangat membosankan seperti Bhineka Tunggal Ika seperti yang dahulu pernah ditayangkan di TVRI. Boleh kita memperkaya budaya kita dengan sentuhan modern dan sedikit campuran budaya atau trend dari luar, akan tetapi budaya kita harus tetap menonjol.
Dikembalikannya sektor kebudayaan dalam Kementerian Pendidikan yang kemudian menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, merupakan hal yang sudah seharusnya dilakukan dari dahulu. Hatiku ini sulit menerima “kementerian kebudayaan dan pariwisata”. Saya dahulu menulis tentang hal ini, tapi tulisan ini tidak berani saya publish. Berikut sebagian kutipannya:
============================================
……….
Bagaimana seorang manusia Indonesia bisa menjadi manusia yang berbudaya, adalah melalui pendidikan. Seorang harus dididik untuk bisa berbudaya. Untuk bisa menari, seorang harus diajari menari. Harus dididik menari. Harus ada gurunya. Seorang harus belajar untuk mampu memiliki rasa berkebudayaan. Budaya adalah hasil karya manusia yang terbentuk melaui proses peradaban dalam kehidupan bermasyarakat. Setelah masyarakat ini terbentuk dan semakin matang dengan memiliki pranata dan hirarki sosial, maka kebudayaan masyarakat itu seharusnya menjadi semakin matang pula. Budaya menjadi ciri, menjadi penanda dari suatu masyarakat. Indonesia memiliki kekayaan seni budaya, yang saya berani bilang, terkaya di dunia. Paling kaya seni budaya kita ini di bumi ini. Begitu kayanya, sampai-sampai kita tidak mampu untuk menginventarisir dan menata budaya kita ini. Kekayaan budaya ini sudah seharusnya dilestarikan dan dilindungi.
Melestarikan budaya bangsa kita adalah dengan memperkenalkan budaya nasional Indonesia kepada generasi penerus negeri ini. Cara paling efektif untuk memperkenalkan budaya bangsa kita adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang sangat berperan dalam pelestarian budaya bangsa ini. Bukan pariwisata. Sektor pariwisata hanyalah pengguna dari budaya kita. Pariwisata hanya pasar dari budaya kita. Pariwisata tidak boleh menjadi faktor pembentuk budaya kita. Budaya kita harus dibentuk dan ditata oleh orang Indonesia yang menguasai ilmu budaya kita. Akan sangat berbahaya bila budaya dikelola bersama dengan sektor pariwisata. Wisatawan yang akan memilih dan memilah budaya kita. Tarian yang laku ditonton wisatawan akan menjadi lestari. Tapi tarian yang wisatawan tidak suka, lama kelamaan akan punah. Pariwisata memang merupakan pasar dari kebudayaan kita. Tapi pabrik kebudayaan kita adalah kementerian pendidikan atau kalau perlu dibentuk kementerian sendiri yang khusus mengurusi seni budaya dan peninggalan sejarah budaya bangsa. Tugas dari kementerian ini adalah untuk menginventarisir, menata, mencari dan mengusahakan cara agar budaya kita lebih dikenal oleh masyarakat, melindungi peninggalan sejarah kita; bagaimana patung Budha dari candi di Jawa bisa ada di Balai Lelang Christie? Titik berat Kemenbudpar bukan pada kebudayaan kita. Setiap bicara hanya bangga dengan kenaikan jumlah wisatawan dan akan diusahakan terus meningkat. Hanya itu saja. Hanya “par”nya yang diurusi dan “bud”nya kurang terdengar. Sementara di media generasi penerus kita disuguhi dengan sinetron, model rambut, tata bahasa, gambaran perilaku, kostum, gerakan tari yang bukan kebudayaan Indonesia.
Dalih yang mengatakan bahwa budaya asing yang masuk melalui media akan memperkaya budaya kita sepertinya terdengar begitu agung dan benar. Hal itu bisa menjadi benar kalau saja yang menjadi patron, yang menjadi dasar adalah kebudayaan dan kesenian kita. Tapi kenyataannya tidak demikian. Indonesia yang berpenduduk 250 juta ini hanya menjadi pasar budaya luar. Budaya yang membawa produk-produk penunjang kebudayaan luar tersebut. Semir rambut aneka warna, hairspray yang membuat rambut “njeggrik”, kostum, disain pakaian dan lain sebagainya yang digandrungi anak-anak sekarang. Hal ini dijadikan trend masyarakat kita. Lalu kemana budaya kita sendiri? Apakah seni budaya kita begitu buruknya sehingga tidak bisa dipertontonkan? Kalah dengan lenggang lenggoknya budaya luar yang begitu-begitu saja? Disini sekali lagi peran media sangat besar.
Usaha untuk melestarikan budaya nasional merupakan kewajiban seluruh komponen bangsa. Satu-satunya cara untuk melestarikan budaya kita adalah dengan cara mendidik generasi muda untuk mengenal dan mau mempelajari seni budaya daerah di Indonesia. Untuk membuat budaya nasional itu menarik, selain karena kecintaan kepada seni budaya bangsa, perlu diciptakan stimulan-stimulan yang membuat seniman-seniman tradisional kita dapat hidup layak dan bahagia dengan keahliannya. Peran dan perhatian pemerintah untuk mengangkat harkat hidup seniman tradisional kita merupakan landasan utama dalam usaha melestarikan budaya nasional kita. Pembentukan sanggar-sanggar tari tradisional yang disubsidi pemerintah, kursus-kursus yang mengajarkan cara memainkan alat musik tradisional Nusantara, dan unit-unit pendidikan yang mendapat bantuan sehingga dapat tetap berdiri, atau usaha-usaha lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah sehingga kesenian tradisional dapat bertahan. Ujung tombak kedua adalah media nasional. Kita semua menyadari bahwa media merupakan industri yang mencari keuntungan dari acara yang ditayangkan; kecuali TVRI. Hal ini justru merupakan pemicu maju dan berkembangnya seni budaya nasional jika dilakukan dengan cermat. Kesenian tradisional butuh media dan pasar untuk menciptakan perputaran dana yang dapat menghidupkan pelaku dan pencinta seni budaya Indonesia. Acara seperti Bhineka Tunggal Ika di TVRI jelas tidak bisa masuk di stasiun televisi swasta. Perlu ada penyesuaian kreatif yang membuat budaya nasional menjadi tayangan yang menarik. Perlu ada sentuhan seni modern sebagai faktor yang membuat kesenian tradisional menjadi lebih dinamis dan atraktif. Perlu ada kombinasi-kombinasi yang membawa pada akulturasi kebudayaan. Namun akulturasi yang terjadi haruslah akulturasi positif yang wajar dan terukur dengan tetap mempertontonkan kesopanan adat peradaban ketimuran dan keindahan budaya nasional Indonesia. Ini yang perlu dilakukan di TVRI. TVRI sebagai stasiun tv negara sangat dibutuhkan peranannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mungkin anggaran untuk TVRI harus ditambah, sehingga walaupun tetap rugi, tapi memiliki peran yang memiliki efek domino yang besar bagi pembentukan pola pikir masyarakat kita.
……………
=================================================
Kesenian dan kebudayan nasional berkait erat dengan sejarah peradaban bangsa kita. Pemahaman akan sejarah bangsa kita akan menumbuhkan rasa menghargai pada generasi muda kepada bangsa dan negaranya. Kejayaan peradaban Indonesia di masa lalu yang membentuk konsep kebangsaan kita, perlu dimengerti oleh masyarakat kita. Dalam catatan sejarah, di bumi pertiwi ini, pernah tumbuh 2 peradaban besar yang bergema hingga ke pelosok benua. Pembukaan Sea Games di Palembang menghidupkan kembali secara 5 dimensi dari perkembangan dan kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Hal seperti itulah yang sejarusnya menjadi tontonan sehari-hari anak-anak kita. Hal seperti itulah yang seharusnya memenuhi benak dan pikiran generasi muda bangsa ini. Hal-hal seperti ini yang seharusnya mengisi media audio visual di negeri ini.
Sekarang ini, sampai hari ini, media kita masih dijangkiti demam budaya Korea. Model rambut, cara berpakaian, dan lain sebagainya begitu persis meniru apa yang ada di negara aslinya. Sektor industri Indonesia sampai hari ini masih menjadi kacung yang bertugas sebagai “Tukang Jahit” dan Tukang Rakit”. Sekarang ditambah lagi di sektor budaya, kita hanya bisa meniru dan menjiplak budaya negara tetangga. Tapi memang harus diakui, Korea merupakan negara yang cukup kaya dengan budaya tradisional dan mengembangkan seni kreasi modern yang bagus. Dalam video klip artis-artis Korea, banyak yang mengenakan pakaian tradisional Korea, yang sudah di rancang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerakan tari yang dilakukan. Korea juga negara yang sangat menjaga kultur budaya nasionalnya. Korea banyak membuat serial film mengenai sejarah terbentuknya negara itu, yang DVD original maupun bajakannya banyak dijual di seluruh Indonesia. Sebenarnya teknik pembuatan film-film sejarah Korea ini sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan teknik pembuatan film serial laga sejarah yang pernah ditayangkan di Indonesia. Tapi kenapa Korea bisa menjual budayanya sedangkan kita tidak? Kita lebih kaya, lebih variatif, lebih menarik dan memiliki pasar domestik yang sangat besar. Kita tidak bisa menjual budaya kita karena kita tidak mau menghargai dan mengenal budaya kita sendiri.
Sejarah dan kebudayaan bangsa ini dapat pula dipelajari dari museum-museum di seluruh Indonesia. Di Jakarta ada beberapa museum yang terpelihara dengan baik tapi sepi pengunjung. Masyarakat kita mungkin masih sulit menjadikan museum sebagai rekreasi edukatif, termasuk saya sendiri. Tapi mall-mall penuh sesak. Orang pergi ke mall bukan hanya untuk berbelanja, tapi bisa juga hanya untuk melihat-lihat. Arsitektur mall dibuat sedemikian rupa sehingga orang menjadi nyaman untuk berjalan-jalan didalamnya. Mall dikunjungi banyak orang baik pria maupun wanita dan hal itu menjadi daya tarik tersendiri pula. Didalam mall ada tempat-tempat yang menyenangkan sebagai tempat untuk bersosialisasi seperti cineplex, restauran dan kafe. Didalam mall juga ada toko buku. Mungkin kalau dalam museum juga ada toko buku dan tempat-tempat bersosialisasi yang bagus, museum juga banyak dikunjungi. Mungkin suasana museum dapat sedikit ditata ulang. Bisa juga keadaannya dibalik. Di Pondok Indah Mall pernah digelar foto-foto keseharian bapak presiden SBY. Hal ini mungkin bisa dilakukan juga untuk museum. Misalnya, bertepatan pada 5 Oktober beberapa benda bersejarah dari Museum TNI dipamerkan di mall dengan disertai keterangan singkat.
Banyak sekolah yang mewajibkan siswanya untuk mengunjungi museum dengan memakai seragam sekolah, pada jam pelajaran tertentu, berbaris rapi, menggenggam buku dan alat tulis sambil mendengarkan pemandu menjelaskan. Hal itu membuat museum menjadi tempat yang sangat membosankan. Museum dapat diarahkan menjadi wisata keluarga, bukan kunjungan sekali seumur hidup seperti yang saya alami dahulu. Tugas yang diberikan juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa terpaksa harus dua atau tiga kali datang ke museum.
Hari ini adalah anak hari kemarin dan esok pagi adalah anak hari ini. Kejadian hari kemarin mempengaruhi keadaan hari ini dan kejadian hari ini mempengaruhi keadaan esok hari. Proses sejarah yang terjadi di hari kemarin menyebabkan bangsa kita bisa berdiri di hari ini. Peradaban Bangsa Indonesia hari ini, terikat erat dengan sejarah masa lalu. Ikatan ini harus dipelihara dan ditanamkan dalam jiwa sanubari generasi penerus bangsa ini. Ikatan ini tidak membuat bangsa ini hanya mengenang-ngenang masa lalu tapi untuk mempertegas keyakinan diri kita sebagai bangsa yang memiliki jati diri. Ikatan ini menjadi dasar untuk menata masa depan negeri ini dan menjadi acuan dari setiap langkah yang kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar