TRANSPORTASI
Jakarta merupakan ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masalah bangsa ini, tergambar dan tercermin pada masalah-masalah yang timbul di Jakarta. Bahkan sebenarnya Jakarta adalah kota yang paling berat menanggung efek samping dari pembangunan Bangsa Indonesia. Apa sebenarnya cita-cita, tujuan dan arah pembangunan Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia merupakan suatu hal yang harus direncanakan dengan matang, bukan hanya oleh Pemerintah Daerah tapi juga oleh pemerintah pusat. Perencanaan yang menyeluruh dengan tujuan yang jelas, perencanaan jangka panjang yang pasti dan terkoordinir dengan baik.
Jakarta diulas dalam acara Megacities di National Geographic Channel. Ulasan ini berdurasi cukup singkat tetapi sangat membesarkan hati. Dalam ulasan itu digambarkan bahwa Jakarta ini penuh masalah, dengan sampah yang memenuhi sungai sampai harus diangkat dengan alat berat, banjir yang tergenang di jalan protokol, kemacetan lalu lintas dan beberapa kejadian lain. Namun narasi dalam acara tersebut menyebutkan bahwa berbagai usaha dan perencanaan telah disusun dan dilakukan oleh pemerintah daerah DKI. Busway yang sudah dibangun koridornya tetapi belum ada bisnya, pembuangan sampah yang dapat menghasilkan tenaga listrik, pengendalian banjir dan moda transportasi baru yang diharapkan akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas Jakarta. Ada beberapa hal yang belum pernah dipublikasikan atau diberitakan dan saya baru tahu dari NGC.
Stasiun TV lokal juga beberapa hari lalu menayangkan acara “Curhat dengan Pak Gubernur”. Acara ini membahas tentang penanganan masalah kesejahteraan sosial di Jakarta. Dari sekian banyak pembicaraan dalam acara itu, yang sebenarnya paling bermakna adalah kesimpulan dari bapak Gubernur bahwa masalah kesejahteraan di Jakarta adalah masalah pengentasan kemiskinan secara keseluruhan atau nasional. Karena percuma kalau di Jakarta ditangani tapi orang yang bertaruh nasib dan gagal di Jakarta tetap berdatangan. Hampir semua masalah di Jakarta merupakan efek samping yang negatif dari kebijakan nasional dalam rangka pembangunan. Pemda Jakarta tidak bisa bekerja sendirian.
Seperti halnya kemacetan lalu lintas, Jakarta hanya korban dari kebijakan pemerintah dalam usaha pemerintah untuk mendorong industri otomotif. Pak Gubernur pernah mengatakan bahwa industri otomotif adalah industri yang menopang pembangunan bangsa ini. Memang otomotif merupakan industri nasional yang dikategorikan strategis dan dikenakan PPh pasal 22. Tetapi negara ini hanya dijadikan perakit dan pasar mobil dunia. Kita tidak boleh membuat mobil sendiri. Padahal kita boleh membuat, memproduksi dan menjual pesawat terbang. Kita sudah bisa membuat pesawat terbang tapi belum bisa membuat, memproduksi dan menjual mobil sendiri. Kenapa kita “boleh” membuat pesawat terbang tapi ”tidak boleh” membuat mobil sendiri? Kalau udara Jakarta tercemar asap dari mobil buatan kita sendiri, kalau jalan-jalan di Jakarta hancur karena mobil buatan kita sendiri, bahan bakar yang diambil dari bumi Ibu Pertiwi habis dipakai untuk mobil buatan kita sendiri, hal itu masih bisa dimaklumi oleh rakyat jelata seperti saya.
Hampir semua fakultas teknik di semua universitas di Indonesia membuka fakultas teknik mesin. Kita punya sumber daya yang cukup untuk membuat mobil sendiri. Saya juga melihat iklan di media yang menayangkan anak-anak SMK yang sudah memiliki kemampuan membuat beberapa komponen mobil. Apakah iklan itu benar dan secara jujur menggambarkan keadaan yang sesungguhnya saya agak ragu. Namun paling tidak kita punya sumber daya manusia yang cukup. Kita bisa membuat mobil. Sehingga yang disebut industri otomotif di Indonesia benar-benar adalah industri dalam arti yang sebenarnya. Industri manufaktur yang membuat mobil. Industri manufaktur yang mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Bukan sekedar industri perakitan saja. Industri perakitan kita perlukan untuk dapat kita pelajari. Tetapi arah industri perakitan sebenarnya supaya kita bisa pelajari dan nantinya kita buat sendiri. Jangan selamanya jadi perakit mobil orang lain.
Hambatan yang kita alami dari industri otomotif buatan sendiri adalah masalah teknologi dasar dan inovasi teknologi. Kita sudah sejak lama memiliki industri karoseri. Hambatan kita adalah teknologi komponen-komponen dasar mobil. Industri ini yang harus didorong. Kita harus bisa membuat komponen mobil yang berkualitas tinggi dan diakui dunia. Kita punya Krakatau Steel, kita punya besi, kita punya sumber daya manusia, dan kita punya pabrik mobil yang sudah puluhan tahun merakit mobil. Kita butuh teknologi. Kalau biaya penelitian dan pengembangan terlalu mahal, kita bisa membeli paten dari perusahaan komponen mobil yang sudah ada. Namun jangan langsung kita terapkan tapi kita kembangkan dulu. Setelah mencapai bentuk yang lebih baik, kita patenkan lagi. Negara-negara tetangga kita juga melakukan hal yang sama. Tetapi kita sudah merasa puas dengan menjadi perakit mobil terbesar di dunia.
Masalah lain yang timbul dari industri otomotif adalah keterbatasan minyak bumi. Pertamina sekarang mengiklankan diri di media. Mudah-mudahan kata-kata ibu direktur sesuai dengan kenyataan yang ada di Pertamina. Begitu pula beberapa perusahaan minyak lain. Kita harus punya teknologi mesin mobil dengan tingkat efisiensi tinggi. Teknologi mesin mobil yang ramah lingkungan. Mesin yang digerakan bukan dengan bahan bakar konvensional, tetapi dengan menggunakan penggerak lain. Sekarang sedang dikembangkan mobil dengan tenaga baterai, mobil dengan kombinasi bahan bakar gas dan konvensional, hidrogen dan lain sebagainya. Kalau kita tidak mempelajari dan ikut serta dalam pengembangan teknologi efisien ini, kita akan selalu jadi ekor yang hanya dapat sisa-sisa dari para pengembang kreatif di negara lain.
Teknologi mobil ini bukan saja akan berguna untuk mobil pribadi, tapi juga untuk kendaraan-kendaraan yang digunakan untuk transportasi umum, transportasi material produksi dan distribusi barang. Sebaiknya kebijakan Mobil Nasional yang pernah dijalankan oleh pemerintah Orde Baru jangan berhenti begitu saja. Kebijakan ini apabila direncanakan dengan matang dari hulu sampai hilirnya, ditangani oleh orang-orang yang benar-benar mengerti, didukung secara nasional dan internasional, merupakan kebijakan yang akan menguntungkan bangsa ini. Hambatan lain yang sulit kita hadapi adalah hambatan pasar. Dominasi produsen mobil tertentu di pasar otomotif Indonesia menjadi penghalang terbesar. Namun demikian kita bisa mencari ceruk pasar yang masih bisa kita masuki. Asalkan kita punya teknologi yang membuat kita mampu membuat mobil yang berkualitas baik, sarana dan prasarana purna jual yang memadai dan harga yang relatif lebih murah, kita akan mendapat pasar. Kita masih punya pasar yang sangat luas. Seiring dengan pembangunan di daerah lain di Indonesia, maka kebutuhan akan mobil di daerah meningkat. Mobil bisa dipasarkan di daerah lain selain Jakarta, atau diekspor.
Jakarta sekarang ini sudah penuh sesak dengan mobil dan motor pribadi. Kota-kota besar yang sudah maju mengandalkan transportasi masal yang cepat, aman, nyaman dan dapat diandalkan. Bukan kendaraan pribadi buatan mereka sendiri. Kendaraan buatan mereka dijual ke Indonesia dibeli oleh penduduk Jakarta dan memenuhi jalan-jalan kita. Busway di Jakarta merupakan salah satu sarana transportasi baru yang juga diterapkan di kota-kota besar yang sudah maju. Busway koridor IX dan X juga akan segera beroperasi. Untuk Busway ini, banyak masyarakat yang masih mengeluhkan antrean panjang dan pemeliharaan shelter yang kurang baik. Pintu-pintu otomatis yang menjadi pengaman sekarang sudah tidak otomatis lagi. Begitu pula alat yang menginformasikan kepada penumpang mengenai shelter yang sedang dituju; juga menjadi manual yang dilakukan oleh petugas dengan lisannya. Di koridor Lebak Bulus-Harmoni alat ini sudah tidak ada sama sekali di semua bis yang melayani koridor ini. Busway di Jakarta ini walaupun sepertinya bekerja dengan baik namun sebenarnya tidak memiliki muatan teknologi sama sekali. Kita tidak tahu unit yang akan sampai di shelter yang kita tunggu, berapa lama lagi unit berikut akan sampai, dan informasi lain yang dibutuhkan. Busway di Jakarta baru membangun jalur, unit bis, dan shelter saja. Sebenarnya kalau memang kita mau membuat sistem transportasi di Jakarta, kita seharusnya menggunakan teknologi modern seperti busway di Seoul atau di kota besar lain.
Pemerintah Daerah DKI Jakarta sudah pula merencanakan untuk membuat MRT yang melintas di tengah kota Jakarta yang sebagian lintasannya berada di bawah permukaan tanah. Kalau MRT ini juga tidak dibuat dan direncanakan secara menyeluruh dengan teknologi yang dapat mengendalikan detil-detil MRT ini, maka akan sangat mungkin terjadi bencana yang menyebabkan korban jiwa. MRT di bawah tanah atau subway dalam kota inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan di Jakarta. Apabila transportasi di Jakarta sudah baik, kita semua bisa berharap supaya masyarakat Jakarta beralih dari mobil pribadi ke angkutan umum. Dengan begitu konsumsi bahan bakar kita dapat ditekan.
Pembatasan BBM
Mengenai pembatasan BBM yang akan diberlakukan pemerintah, saya sebagai rakyat jelata hanya bisa mengatakan, sebelum kita menemukan cara dalam teknis pelaksanaan yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk dapat memastikan tujuan pembatasan BBM tercapai, jangan dulu dilakukan pembatasan BBM. Banyak sekali celah-celah yang dapat dimanfaatkan oknum masyarakat jika pembatasan BBM dilakukan secara coba-coba. Kita ini adalah negara yang sistem dan prosedurnya kacau balau. Belum ada cara yang bisa benar-benar menjamin tidak akan terjadi kebocoran BBM bersubsidi. Ada tiga tahapan dalam distribusi BBM dari depo sampai ditangan konsumen.
Tahap pertama, BBM dari depo diangkut mobil tangki menuju ke SPBU yang telah ditentukan. Pada tahap ini resiko yang mungkin terjadi adalah pencurian BBM ditengah jalan menuju SPBU. Tindakan yang bisa mencegah hal ini adalah dengan mengunci katup tangki dengan gembok dan menyegelnya. Gembok atau alat pengunci ini baru bisa dibuka di SPBU tujuan. Penanggungjawab SPBU memegang kunci gembok atau lebih praktis jika gembok tersebut bukan gembok yang menggunakan kunci tapi gembok dengan nomor. Hanya penanggung jawab SPBU yang mengetahui nomor kode gembok tersebut.
Tahap kedua adalah pada saat BBM sudah berada di SPBU. Pada tahap ini pencegahan dilakukan terhadap SPBU nakal yang mengecer BBM bersubsidi dengan harga diatas BBM bersubsidi tapi dibawah BBM non subsidi.
Tahap ketiga adalah pada saat transaksi penjualan antara SPBU dengan konsumen. Cara yang mungkin bisa diterapkan untuk menjamin tidak terjadi kebocoran pada dua tahap ini adalah dengan dilakukan modifikasi nozzle di SPBU dan mulut tangki mobil plat selain plat hitam. Keduanya dimodifikasi sehingga nozzle dari mesin SPBU bensin bersubsidi tidak bisa masuk ke mulut tangki mobil plat hitam dan hanya bisa masuk pada mulut tangki bensin mobil selain plat hitam. Modifikasi ini juga harus mencegah selang atau alat selain nozzle dimasukan kedalam tangki mobil plat selain hitam untuk mengeluarkan bensin bersubsidi yang sudah ada di dalam tangkinya. Mobil dengan plat kuning yang sudah dimodifikasi harus terus menggunakan alat ini dan melaporkan bahwa alat ini masih terpasang rapi pada saat mereka mengurus KIR atau ijin trayek. Kalau alat ini rusak atau dimodifikasi, maka KIR atau ijin trayeknya jangan diberikan. Ini menjadi tugas Kementrian Perhubungan melalui DLLAJR untuk memeriksa perlengkapan dan memastikan tidak adanya modifikasi lain di mulut tangki dan seluruh tangki yang memungkinkan dikeluarkannya bensin bersubsidi. Cara ini bisa diterapkan untuk mobil angkutan umum yang berplat kuning.
Pengendalian untuk mobil plat hitam yang tetap diijinkan mengisi BBM bersubsidi merupakan hal yang sangat sulit. Penggolongan dengan tahun pembuatan juga hampir mustahil dapat diatur dan dikendalikan. Aturan ini sebaiknya tegas saja mengatur semua jenis mobil plat hitam dilarang untuk mengisi BBM bersubsidi. Untuk mobil plat hitam milik koperasi dan UKM dapat meminta ijin tertulis dari instansi terkait untuk mengisi BBM bersubsidi, dan ditunjukkan pada petugas SPBU. Atau Koperasi dan UKM yang memiliki mobil plat hitam dibantu dengan penggantian tunai. Ini cara yang sedikit banyak dapat menjamin dan dapat berjalan dengan pengawasan yang minimum. Pengawasan yang ketat membuat biaya pembatasan BBM membengkak dan tidak akan bertahan lama mengingat mental masyarakat kita pada umumnya. Hanya saja, cara ini membutuhkan biaya investasi awal yang tinggi. Cara lain seperti penggunaan kartu, penjatahan dan lain sebagainya menurut saya kurang bisa diterapkan, mengingat kreatifitas masyarakat kita yang sangat tinggi dan mental petugas kita yang tidak tinggi.
Sebenarnya pembatasan BBM ini bagaimanapun caranya dan teknisnya, tidak terlalu berpengaruh dan memakan biaya yang sangat mahal. BBM bisa ditekan dengan meningkatkan keamanan, kenyamanan, keandalan, dan kecepatan transportasi umum. Cara lain dengan pembatasan kendaraan pribadi di wilayah Jabodetabek. Tapi untuk melakukan ini Jabodetabek harus memiliki sistem transportasi umum yang cepat, aman, nyaman, relatif murah, dan dapat diandalkan.
2. Sungai, Pengendalian Banjir dan Pencemaran Air oleh Pabrik dan Rumah Tangga
Sungai dan Pengendalian Banjir
NGC juga menayangkan kota lain dalam acara Megacities. Kota yang menarik perhatian saya adalah kota Kaoshiung di Taiwan. Kota ini bisa berubah drastis hanya dalam sepuluh tahun. Perubahan yang paling signifikan dari Kao Shiung adalah sungai yang mengalir ditengah kota tersebut, The Love River. Sepuluh tahun yang lalu, Kao Shiung merupakan kota tempat pembuangan limbah industri. Industrialisasi Taiwan yang berhasil mengangkat perekonomian Taiwan dan menempatkan Taiwan sebagai salah satu negara makmur di Asia dan dunia, berdampak pada lingkungan perkotaan termasuk Kao Shiung. Pembangunan ekonomi Taiwan di Kaoshiung yang mengesampingkan dampak negatif pada lingkungan, membuat kota ini menjadi salah satu kota terpolusi di dunia.
Sepuluh tahun yang lalu pula Sungai Cinta merupakan kanal pembuangan limbah industri di Kaoshiung. Tahun 1971 pemerintah setempat menyatakan bahwa sungai ini sudah mati. Tapi NGC menayangkan Kao Shiung dengan sungai yang indah, yang disisi-sisinya teratur rapi, pepohonan yang rimbun, orang-orang yang berjalan nyaman, bersih dari sampah, dan ikan-ikan yang berenang riang di sungai itu. Di sisi sungai didirikan kafe, museum, universitas, yang menjadikan sungai tersebut sebagai bagian bangunannya. Transformasi di Kao Shiung sukses besar. Penanggung jawab proyek pembersihan Love River bisa dengan bangga berkata: “Look at the river now.” Kapan ada orang Indonesia yang bisa bicara “Look at The Ciliwung now” sambil menunjuk Sungai Ciliwung yang bersih, berair jernih penuh dengan ikan yang berenang riang. Look at The Ciliwung now!! Penuh sampah, bau, kotor, dan mati. Kita punya 16 sungai yang mengalir melintasi Jakarta. Ketika sudah sampai Jakarta, keenambelas sungai ini semua mati, tidak ada satupun yang hidup. Sungai di Jakarta hanya menjadi tempat pembuangan limbah, sama seperti Love River 15 tahun lalu.
Sungai sebenarnya merupakan sumber daya alam yang luar biasa berguna kalau saja kita bisa memanfaatkannya. Pemda DKI Jakarta telah merencanakan pembangunan tanggul setinggi 3 meter di teluk jakarta untuk mencegah banjir yang disebabkan laut pasang. Tanggul tersebut sebaiknya jangan sekedar tanggul yang membendung air. Ombak dan air laut juga merupakan sumber energi yang tidak akan pernah habis. Apabila memungkinkan jangan sekedar membangun tanggul, tapi bangun bendungan yang dapat menghasilkan energi listrik yang bisa bermanfaat bagi penduduk Jakarta. Bendungan di utara Jakarta dibangun untuk mencegah banjir laut pasang. Kalau memungkinkan juga, bangun pula bendungan untuk membendung dan mengendalikan keenambelas sungai yang melintasi Jakarta dari selatan. Bendungan yang dapat menghasilkan tenaga listrik yang akan mencukupi kebutuhan listrik Jakarta. Sungai Yang Tse di Cina merenggut jutaan jiwa akibat banjir dari luapannya. Cina membangun bendungan terbesar di dunia, The Three Gorges Dam yang menyelesaikan banjir Sungai Yang Tse. Meskipun pembangunannya menyebabkan ratusan ribu orang menderita tapi banjir sungai Yang Tse dapat dikendalikan. Selain itu, Three Gorges Dam memiliki 32 unit generator dengan bobot masing-masing 6.000 ton dan dirancang untuk menghasilkan 700 MW listrik. Bendungan ini dapat menghasilkan tenaga listrik total sebesar 22.500 MW.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus terus hidup. Untuk terus hidup, kita harus membangun. Tapi apa yang kita bangun? Apakah masa pembangunan sudah selesai? Dengan kekayaan alam dan sumber daya yang negara ini miliki, kita sebenarnya bisa membangun tanpa hutang luar negeri. Kemana kekayaan alam kita? Berapa untuk kita, berapa untuk asing? Kemana uang kita? Kemana pendapatan pajak kita? WHERE DID THE MONEY GO ??? Kita sebenarnya bisa mensejahterakan rakyat kita. Membangun sekolah-sekolah, mensejahterakan guru-guru, mencerdaskan generasi muda kita dengan menekan biaya kuliah mereka. Kita membangun dan mempersiapkan masa depan bangsa dan negara ini melalui pemuda-pemuda kita. Tapi biaya pendidikan di negara kita ini sangat mahal, terutama biaya kuliah. Kemana kekayaan Ibu Pertiwi ini mengalir? Kemana emas, perak, uranium, dan tembaga kita di Papua mengalir? Kenapa dibiarkan saja?? Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat, saya sebagai rakyat jelata hanya bertanya.
Pencemaran Tanah, Udara dan Air Oleh Limbah Industri dan Rumah Tangga
Kaoshiung juga berhasil menekan pencemaran udara dan air oleh limbah industri dan rumah tangga. Kaoshiung, seperti dikemukakan diatas merupakan kota industri yang menopang perekonomian Taiwan. Sepuluh tahun yang lalu, Kaoshiung tertutup kabut asap dari pembuangan industri. Di kota ini terdapat pabrik baja terbesar di Taiwan, China Steel. Pabrik ini tadinya adalah pabrik baja terbesar dan terkotor di Kaoshiung. Gas CO2 yang dihasilkan dari limbah pengolahan baja pabrik ini sebesar 42 persen dari total CO2 yang dihasilkan kota itu. China Steel berusaha mencari cara untuk dapat memaksimalkan produksi dan meminimalkan polusi. China Steel berhasil mencapai tujuannya dengan menerapkan inovasi teknologi pada tiap tahap produksi bajanya. Penghematan energi yang dilakukan dengan pembakaran kokas yang bisa menghasilkan listrik. Limbah cair yang diolah dan menghasilkan 97 persen air yang bisa digunakan kembali.
Kaoshiung telah mencapai tahap dimana terjadi keseimbangan ekonomi dan ekologi, dengan industri dan inovasi. Kaoshiung mengajak warganya untuk melakukan perang terhadap polusi. Jakarta masih jauh dari tahap ini. Mungkin bermimpi pun kita belum mampu. Tapi kita wajib punya tujuan dalam pembangunan sebuah kota. Hanya pabrik-pabrik dengan standar teknologi tertentu yang bisa beroperasi di Jakarta. Hanya pabrik dengan standar pengolahan limbah bisa beroperasi di Jakarta.
Pengelolaan sampah di Bantargebang juga diliput di acara megacities. Saya baru tahu kalau kita punya pembangkit listrik tenaga sampah. Sampah yang menghasilkan gas metana ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik. Sampah di Jakarta juga merupakan sumber energi yang tidak akan habis. Untuk Bantargebang ini kita harus berterimakasih kepada Bang Yos atas keyakinannya dalam pembangunan Bantargebang.
Untuk isu pajak restoran untuk warung tegal, sebaiknya dibicarakan dengan orang-orang yang betul-betul mengerti perpajakan. Jangan dijadikan wacana untuk meramaikan media saja. Pertemuan gubernur dengan asosiasi warung tegal nasional dimana ketua asosiasinya menjabarkan tentang pendapatan dan keuntungan warteg, kemudian Pak Gubernur dengan gagah mengatakan “Saya tidak akang menggulirkan kebijakan yang akan menyengsarakan rakyat kecil”. Pas pak Gubernur mengatakan itu pas sedang disorot kamera. Atau acara obrolan di salah satu acara di stasiun TV swasta yang berlatar belakang warung. Disitu diundang salah seorang artis yang menjadi anggota DPRD DKI Jakarta. Acara ini hanya menggambarkan obrolan ringan dari orang-orang yang sebenarnya tidak mengerti duduk perkaranya dan membahas masalah yang belum dipelajari sambil tertawa-tawa.
Kalau kita mau tegas, sebenarnya warteg dan warung makan sejenisnya terhutang pajak sejak perda atau undang-undang yang mengatur pajak restoran diberlakukan, ketika peraturan masuk dalam lembaran negara dan semua orang dianggap tahu. Pajak restoran sifatnya sama seperti pajak pertambahan nilai yang dibebankan pada konsumen. Jadi tidak ada hubungannya dengan profit tapi berhubungan dengan penjualan. Masalah kewajiban penyusunan pembukuan juga bukan halangan untuk penagihan pajak warteg. Di UU Perpajakan, pembukuan bisa dimodifikasi dengan norma perhitungan penghasilan atau penetapan Dirjen Pajak, tinggal disusun perda nya. Tapi apakah pembukuan dibutuhkan untuk perhitungan pajak restoran? Dasar penagihan pajak restoran adalah penjualan. Kita bisa tahu jumlah penjualan dari faktur penjualan. Kalau mereka tidak membuat faktur kita tidak bisa mengetahui jumlah penjualan. Pembukuan tidak begitu penting. Apalagi pengusaha warteg biasanya mengelola sendiri wartegnya. Dari mulai belanja bahan, memasak dan menjual makanan, semua biasanya ditangani sendiri. Tinggal ditanya saja penjualan berapa sebulan, dikali sepuluh persen, langsung di suruh bayar. Kalau memang benar-benar mau menagih pajak restoran untuk warteg. Tetapi cara itu tidak bisa dilakukan.
Masalah yang harus dipikirkan adalah apakah pengenaan pajak warteg memenuhi asas administrasi dan asas efisiensi. Asas administrasi menuntut kepastian kapan, dimana dan siapa yang wajib membayar dan menyetor pajak. Dalam keadaan dimana pemerintah daerah tidak dapat mengetahui dengan pasti jumlah yang harus dipungut karena administrasi warteg yang kurang memadai, maka dengan sendirinya biaya untuk memungut pajak warteg akan menjadi sangat tinggi dan rawan kebocoran. Biaya ini digunakan untuk penagihan, pemeriksaan, dan pemungutan pajak di seluruh warteg yang ada di Jakarta. Apakah biaya pemungutan pajak warteg bisa lebih kecil dari pajak yang didapat? Saya meragukannya. Dari dua asas pajak tersebut, bisa disimpulkan pajak warteg memang tidak bisa ditagih. Tagih yang bisa ditagih dulu, pungut yang bisa dipungut dulu.
Sekian dari saya. Yang salah dari saya yang benar dari Allah.
JAYALAH TERUS INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar